Solar Subsidi Bakal Diatur Ulang! Nelayan dan Pakar Khawatir, Ini Alasannya

Setelah polemik gas LPG 3 kilogram bersubsidi, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia kembali berencana menata ulang distribusi solar subsidi.-ist-
Penyebabnya, persyaratan administrasi yang rumit, seperti harus memiliki surat rekomendasi, pas kecil, atau Bukti Pencatatan Kapal (BPKP).
Iing menilai aturan ini justru menyulitkan nelayan kecil, terutama yang tinggal di kepulauan, karena harus menempuh perjalanan jauh untuk mengurus dokumen.
Pakar: Batasi Kuota Solar Subsidi Bisa Picu Inflasi
BACA JUGA:Pemerintah Siapkan Aturan Pencairan THR dan Gaji ke-13 ASN, Terbit Sebelum Ramadhan
Pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi, mengingatkan pemerintah agar berhati-hati dalam menata ulang distribusi solar subsidi.
Jika kebijakan ini membatasi kuota solar di SPBU, dampaknya bisa berujung pada inflasi akibat kenaikan harga kebutuhan pokok.
Menurut Fahmy, solusi utama adalah merevisi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Harga Jual Eceran BBM.
Ia menilai aturan ini perlu diperjelas, terutama terkait kriteria kendaraan yang berhak mendapatkan solar subsidi.
BACA JUGA:Rincian Biaya Haji 2025 Resmi Ditetapkan, Berikut Detailnya Per Embarkasi
Misalnya, truk roda empat untuk angkutan kebutuhan pokok masih boleh mendapat subsidi, sedangkan kendaraan lebih besar sebaiknya tidak.
Bahlil Klaim Demi Kepentingan Rakyat, Golkar Pasang Badan
Bahlil menegaskan bahwa kebijakan ini bertujuan agar solar subsidi tidak lagi disalahgunakan untuk industri. Ia pun mengaku siap menghadapi polemik yang mungkin muncul.
“Saya tahu ini pemainnya pasti akan ribut lagi, tapi enggak apa-apa,” ujar Bahlil.
BACA JUGA:Harga Emas Nyaris Pecah Rekor! Akankah Menembus Level Tertinggi Sepanjang Masa?
Golkar pun menyatakan dukungan terhadap kebijakan ini.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Idrus Marham, menegaskan bahwa langkah Bahlil sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto.
Sementara itu, BPH Migas berencana menerapkan batas maksimal penyaluran BBM subsidi, yakni 60 liter per hari untuk kendaraan roda empat, 80 liter untuk kendaraan roda enam, dan 200 liter untuk kendaraan lebih besar.