Solar Subsidi Bakal Diatur Ulang! Nelayan dan Pakar Khawatir, Ini Alasannya

Setelah polemik gas LPG 3 kilogram bersubsidi, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia kembali berencana menata ulang distribusi solar subsidi.-ist-
REL, Jakarta – Setelah polemik gas LPG 3 kilogram bersubsidi, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia kembali berencana menata ulang distribusi solar subsidi.
Kebijakan ini diumumkan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Partai Golkar 2025 di Kantor DPP Golkar, Jakarta Barat, Sabtu (8/2/2025).
Namun, rencana ini menuai kekhawatiran. Sekjen DPP Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI), Iing Rohimin, meminta Kementerian ESDM untuk mengkaji ulang kebijakan ini agar tidak menyulitkan masyarakat kecil.
Ia menyoroti masalah akses solar subsidi bagi nelayan yang hingga kini masih bermasalah.
BACA JUGA:Partisipasi Tinggi! Warga Empat Lawang Antusias Ikut Cek Kesehatan Gratis
Solar Subsidi Masih Bermasalah, Nelayan Sulit Akses BBM
Menurut Iing, salah satu kendala utama adalah minimnya jumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Nelayan (SPBUN).
Hingga kini, hanya ada 404 SPBUN di seluruh Indonesia.
Selain itu, kebocoran solar subsidi masih menjadi isu besar.
BACA JUGA:Retret Kepala Daerah di Magelang Bisa Habiskan Rp 22 Miliar, Kontradiktif dengan Arahan Presiden
Pada November 2024, Bahlil mengungkapkan kebocoran BBM dan listrik mencapai Rp100 triliun atau 20-30 persen dari total subsidi.
Masalah lain adalah kuota solar subsidi yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
Data Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) menunjukkan bahwa dari 2,2 juta kiloliter solar subsidi yang dialokasikan bagi nelayan pada 2024, hanya 600 ribu kiloliter atau 27,2 persen yang terealisasi.
Nelayan Dipersulit Administrasi, Harus Punya Dokumen Resmi
BACA JUGA:Anggota DPR: Perekrutan PPPK Jadi Beban Berat bagi Negara
Survei Koalisi untuk Ketahanan Usaha Perikanan Nelayan (KUSUKA) dan KNTI pada 2020-2021 di 10 provinsi dan 25 kabupaten/kota mengungkapkan bahwa 82,8 persen nelayan kecil tidak memiliki akses ke BBM subsidi.