Nanik S Deyang: Dari Jurnalis hingga Wakil Kepala Badan Gizi Nasional, Kini Hadapi Krisis MBG

Nanik S Deyang: Dari Jurnalis hingga Wakil Kepala Badan Gizi Nasional, Kini Hadapi Krisis MBG-ist/net-
Rel, Bacakoran.co – Nama Nanik Sudaryati Deyang mendadak menjadi sorotan publik setelah tampil emosional dalam konferensi pers terkait kasus keracunan program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Perempuan yang kini menjabat sebagai Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) itu bahkan tak kuasa menahan tangis ketika menyinggung anak-anak korban yang terkapar di rumah sakit.
“Saya seorang ibu. Melihat gambar-gambar di video, sedih hati saya. Kalau anak saya panas saja, saya stres bukan main, apalagi ini melihat anak-anak sampai digotong ke puskesmas,” ungkap Nanik dengan suara bergetar.
Pernyataan itu sontak menggugah perhatian publik. Nanik menegaskan bahwa pihaknya bertanggung jawab penuh atas insiden keracunan yang menimpa sejumlah siswa penerima MBG di berbagai daerah.
BACA JUGA:Ketua TP PKK Empat Lawang Ajak Warga Mandiri Pangan Lewat Gerakan Menanam Cabe
BACA JUGA:Tegaskan Komitmen “War On Drugs For Humanity”
Dari Biologi ke Dunia Jurnalistik
Latar belakang Nanik terbilang unik. Ia bukan berasal dari jalur birokrat murni, melainkan sempat berkarier sebagai jurnalis sebelum akhirnya masuk ke ranah pemerintahan.
Perempuan kelahiran Madiun, Jawa Timur, 3 Januari 1968 ini menempuh pendidikan di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Fakultas Biologi. Ia tercatat sebagai bagian dari alumni Biologi Unsoed angkatan 1984.
Dalam beberapa unggahannya di media sosial, Nanik kerap menuliskan rasa bangganya menjadi bagian dari keluarga besar Fakultas Biologi Unsoed. Namun, perjalanan kariernya justru membawanya berlabuh ke dunia jurnalistik sebelum dipercaya memegang jabatan penting di BGN.
Karier Jurnalis yang Berbuah Jabatan Strategis
Sebelum duduk di kursi Wakil Kepala BGN, Nanik dikenal luas sebagai jurnalis senior. Pengalamannya di dunia media menjadikan dirinya sosok yang terbiasa berinteraksi langsung dengan publik, kritis terhadap isu sosial, serta piawai membangun komunikasi.
Keterampilan itulah yang kini membantunya dalam menangani kasus MBG, terutama saat harus meredam keresahan masyarakat. Meski latar belakang akademiknya di bidang biologi, pengalaman lapangannya sebagai wartawan memperkaya cara pandang dalam melihat permasalahan gizi dan kesehatan masyarakat.
Air Mata Seorang Ibu di Tengah Krisis