Penetapan Cagub-Cawagub Kalteng 2024 dan Asa Anak Putus Sekolah

Minggu 22 Sep 2024 - 10:12 WIB
Reporter : Pauzan
Editor : Pauzan

RAKYATEMPATLAWANG – Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) sedang menunggu momen penting dalam Pilkada 2024, yaitu penetapan calon gubernur (Cagub) dan wakil gubernur (Cawagub). 

Pada hari ini, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kalteng akan menggelar rapat pleno tertutup untuk menetapkan pasangan calon yang akan bertarung memperebutkan kursi kepemimpinan provinsi selama lima tahun ke depan.

Dwi Swasono, Komisioner KPU Kalteng Divisi Teknis Penyelenggaraan, menyampaikan bahwa rapat pleno ini merupakan salah satu tahapan penting dalam proses Pilkada 2024. 

“Rapat pleno penetapan calon digelar secara tertutup, namun pengumuman resmi akan disampaikan setelah rapat selesai,” kata Dwi pada Sabtu, 21 September 2024.

BACA JUGA:Tim Balap Asuhan Yulius Maulana Lolos Babak Penyisihan di Kades Prabu Menang Cup 2024

BACA JUGA:Kemenag Revitalisasi MAN Program Keagamaan untuk Perkuat Tafaqquh fid-Din

Sebanyak empat pasangan telah mendaftar sebagai bakal calon gubernur dan wakil gubernur Kalteng. 

Masyarakat Kalteng sangat menantikan siapa yang akan resmi ditetapkan untuk memimpin Bumi Tambun Bungai, terutama karena pemilihan ini akan menentukan arah pembangunan provinsi.

Selain penetapan calon gubernur, ada isu sosial yang juga menjadi perhatian di Kalteng, yakni tentang anak-anak putus sekolah yang terpaksa harus bekerja sebagai pemulung.

 Di Jalan Tjilik Riwut Km 14, Palangka Raya, terdapat kelompok belajar yang menjadi tempat belajar anak-anak putus sekolah.

BACA JUGA:Perwira Polisi Diduga Bunuh Diri di Kompleks Akademi Kepolisian Semarang

BACA JUGA:Honda PCX 160 ABS DLX: Skutik Mewah yang Menginspirasi Modifikasi di Indonesia

 Kelompok ini diinisiasi oleh JPIC SSPS Palangka Raya dan saat ini menampung sekitar 42 anak, enam di antaranya adalah anak putus sekolah.

Maria Fatima, Koordinator JPIC SSPS Palangka Raya, menyebutkan bahwa anak-anak tersebut diajak bergabung ketika sedang memulung di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Jalan Tjilik Riwut.

 "Kami ajak mereka belajar, tetapi tidak semua anak mau ikut, yang terdata baru enam orang," ujar Fatima.

Kategori :