BACA JUGA:Pj Bupati Lahat Pimpin Apel Perdana Tahun 2024
“Aku ke pondok lagi, Aurell aku tendang masuk ke septic tank. Karena mayatnya di garang (teras) belakang, terlihat dari jalan,” akunya.
Eeng masuk lagi ke dalam kamar, mendapati Heri masih bergerak. Dipukulnya lagi berkali-kali, hingga Heri tak bergerak lagi. Baru tubuh Heri dan ibunya yang sudah diikat, ditutupi pakai selimut.
“Aku ambil uang Rp1,5 juta dan 3 hp yang ada dalam pondok. Kunci pintu pondok dari luar, terus kabur,” imbuhnya.
Ketika ditanyakan berapa lama menghabisi keempat nyawa itu, kisaran 10 menit atau 30 menit, Eeng menjawabnya sekitar kurang dari 10 menit. “Kurang kalau dari 10 menit,” tambah Eeng, yang sudah 3 kali menikah dan bercerai.
BACA JUGA:Harga CPO Turun Sebabkan Penetapan Tarif Ekspor Baru
Tersangka Eeng Praza, mengaku panik sehingga terpaksa menghabisi Heri dan keluarganya, untuk menghilangkan jejak dan saksi.
Sebab, ibu dan kedua anak Heri, mengenali Eeng yang sempat beberapa kali menginap di sana.
“Panik, Pak. Biar tidak ketahuan (jejak dan saksi),” aku tersangka Eeng.
Dari TKP, Eeng mengaku pertama kabur ke rumah anak menantunya di Pangkalan Balai, Banyuasin.
BACA JUGA:Warga Muara Padang Banyuasin Diteror Buaya Muara
“Aku bingung, panik. Jadi menenangkan diri dulu di rumah anak,” aku Eeng, warga Desa Purwosari, Kecamatan Lais, Kabupaten Muba.
Eeng mengaku tidak pulang ke rumahnya di Desa Purwosari. Dia memilih kabur ke rumah saudaranya, di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi.
“Aku menyesal, ngaku salah, minta maaf. Aku bukannya mau merampok, tapi khilaf. Mau tagih uang bisnis hp, dipukul duluan dan tantang duel,” sesalnya.
Empat hari setelah peristiwa berdarah itu, baru jenazah keempat korban ditemukan warga, Rabu pagi, 20 Desember 2023.
BACA JUGA:Kapolda Sumsel Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir di Kabupaten Muratara