BACA JUGA:Salurkan Makanan Bergizi untuk Siswa SDN 6 Talang Padang
BACA JUGA:Tersangka Pencabulan di Panti Asuhan Tanggerang Ditangkap di Empat Lawang
Perjalanan taksi Waymo ini --seperti terlihat di layar-- selama 13 menit. Setiap lampu merah ia berhenti sendiri. Lalu jalan lagi setelah lampunya hijau. Waymo sangat disiplin. Ketika lampu sudah kuning ia berhenti. Tidak terlihat ia mempercepat lajunya memanfaatkan mumpung masih kuning.
Setiap kali berbelok setirnya berputar sendiri. Seperti ada hantu yang memutarnya. Tidak pernah sekali pun Waymo membunyikan klakson --apalagi memaki orang yang menerobos jalan.
Kami pilih tujuan akhir di depan resto Thailand agar dekat ke lokasi yang saya incar: pusat kota yang banyak tuna wismanya. Kami ingin berjalan-jalan di situ. Bagaimana bisa kota sekaya dan semodern San Francisco begitu banyak tuna wismanya.
Waymo ternyata bisa melihat ada tempat minggir kosong di depan resto tersebut. Waymo minggir di situ. Berhenti.
"Tujuan Anda sudah sampai.” Kami pun turun. Biasanya saya mengucapkan terima kasih kepada sopir taksi. Kali ini saya terpaku: apakah perlu mengucapkan terima kasih kepada setir mobil itu.
Jelaslah bahwa taksi tanpa sopir sudah ada. Sudah terwujud. Sudah beroperasi. Di San Francisco. Juga di Phoenix, kota terbesar yang agak sepi di Arizona. Daftar tunggu berikutnya: Los Angeles.
Dalam waktu tiga tahun ke depan pastilah semakin banyak kota yang mengijinkan Waymo beroperasi. Lalu akan mewabah ke seluruh dunia. Amerika yang memulai. Bukan Tiongkok. Mobil-mobil listrik Tiongkok sudah bisa berjalan tanpa kemudi tapi izin yang belum bisa keluar.
Pun yang di San Francisco ini. Awalnya hanya bisa di dalam kota. Kini sudah ada satu kota lagi, kota kecil di luar San Francisco, yang mengijinkannya: Dali. Letaknya antara San Francisco dan San Jose. Inilah kota yang mayoritas penduduknya orang asal Filipina.
Maka Waymo sudah bisa melayani penumpang dari San Francisco dengan tujuan Dali. Saya tidak sempat mencoba sejauh itu. Anda saja. Minggu depan. Atau bulan depan.
Berapa tarifnya?
"Sedikit lebih murah daripada Uber," ujar Ari yang bekerja di Apple.
Dia pun menunjukkan copy aplikasi: USD 12,68. Tambah pajak transportasi yang murah karena taksi ini bebas emisi: USD 0,20. Total USD 12,87 . Sekitar Rp 200.000. Untuk jarak 1,35 mil.
Perasaan saya?
Tidak sedikit pun was-was. Toh sudah lama beroperasi tanpa kecelakaan. Sudah percaya penuh.