Pertumbuhan jamur atau kapang (mold) pada keju bisa terlihat dengan munculnya bercak berwarna putih, hijau, hitam, biru, atau keabu-abuan pada permukaannya.
Jamur tumbuh baik pada lingkungan yang hangat dan lembab. Saat tumbuh, jamur akan melepaskan spora yang akan terbawa bersama udara, air, atau serangga.
BACA JUGA:8 Kondisi yang Bikin Badan Kurus meski Banyak Makan
Keberadaan jamur memang umumnya menandakan pembusukan makanan.
Namun, seperti yang disebutkan, beberapa jenis keju ternyata menggunakan jamur dalam proses pembuatannya.
Jenis jamur atau kapang yang digunakan yaitu Penicillium roqueforti, Penicillium glaucum, dan Penicillium candidum.
Jamur akan memakan protein dan gula dalam susu untuk membantu dalam mengembangkan rasa dan tekstur unik pada keju tertentu.
BACA JUGA:Apakah Asma pada Anak Bisa Sembuh? Ini Faktanya
Fermentasi dengan jamur membuat varian keju biru atau blue cheese (roquefort, gorgonzola, stilton) memiliki tampilan urat-urat kebiruan pada bagian dalamnya.
Sementara itu, varian keju lunak yang difermentasi atau soft-ripened cheese (brie, camembert, humboldt fog) punya bagian kulit luar putih dan tebal serta bagian dalam yang lunak.
Bagaimana cara menghindari bahaya keju berjamur?
Untuk mencegah risiko dari makan keju berjamur, tentu Anda harus menerapkan teknik penyimpanan yang tepat sehingga keju lebih tahan lama.
BACA JUGA:Tips Rumahan Samarkan Kantung Mata yang Bikin Penampilan Kurang Segar, Cobalah!
Sama seperti produk olahan susu lainnya, cara menyimpan keju yang benar adalah dengan memasukkannya ke dalam kulkas bersuhu 1,5 ‒ 7 °Celsius.
Untuk mencegah jamur, Anda bisa membungkus keju dengan kertas. Hindari membungkus keju dengan plastik sebab memudahkan jamur dan bakteri tumbuh selama penyimpanan.
Jika keju sudah berjamur setelah lama disimpan, Anda mungkin tidak perlu segera membuangnya.