Informasi ini dapat berupa pertanyaan tentang peristiwa traumatis, perubahan perilaku, mimpi buruk, dan reaksi emosional yang ditunjukkan anak.
Nantinya, orangtua juga mungkin akan diminta informasi untuk memberikan perspektif tentang perubahan perilaku dan emosional pada anak.
Seorang anak dapat didiagnosis PTSD bila gejala terus terjadi selama lebih dari 1 bulan dan berdampak negatif pada kehidupannya.
Bagi anak yang terserang PTSD, gejala paling sering muncul dalam waktu 3 bulan setelah peristiwa traumatis. Namun, bisa juga dimulai beberapa bulan atau tahun kemudian.
Oleh karena itu, memahami dengan cermat gejala yang terjadi pada anak adalah langkah utama dalam proses diagnosis post-traumatic stress disorder.
Apa pengobatan untuk mengatasi PTSD pada anak?
PTSD pada anak biasanya tidak dapat hilang dengan sendirinya. Mendapatkan perawatan dan bantuan dari tenaga profesional, seperti psikolog atau psikiater adalah cara yang tepat untuk mengatasi kondisi ini.
Perawatan PTSD dapat mencakup terapi atau obat-obatan untuk mengatasi kecemasan, masalah suasana hati, dan gangguan tidur yang mungkin dialami anak.
Terapi yang mungkin akan anak dengan PTSD jalani disebut terapi perilaku kognitif yang berfokus pada trauma (TF-CBT).
Sementara untuk anak-anak yang lebih kecil, terapi trauma mencakup aktivitas berbicara, bermain, menggambar, dan bercerita.
Untuk remaja, terapi PTSD sering mencakup beberapa hal berikut ini.
Kegiatan terapi pemrosesan kognitif (CPT). Untuk membantu pikiran dan perasaan tentang trauma.
Aktivitas pemaparan berkepanjangan (PE). Untuk membantu remaja menurunkan kecemasan dan belajar menghadapi hal-hal yang mereka hindari setelah trauma dengan aman.
Terapi desensitisasi dan pemrosesan ulang gerakan mata (EMDR). Untuk menggabungkan terapi kognitif dengan gerakan mata terarah untuk mengurangi ketakutan dan rasa sakit akibat trauma.
Sementara untuk mengatasi gejala PTSD, mungkin akan membutuhkan obat-obatan, seperti.
Antidepresan, untuk membantu mengatasi depresi.