REL, Palembang - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Sumatera Selatan (Sumsel) semakin mendekat, dan calon-calon kepala daerah mulai bertarung untuk meraih elektabilitas tertinggi.
Berdasarkan berbagai survei terbaru, beberapa calon kepala daerah di Sumsel masuk dalam daftar calon terkuat, dengan kekuatan elektoral mereka didominasi oleh sosok atau figur yang mereka miliki di mata masyarakat.
Pengamat politik Arianto, dalam keterangannya pada Rabu (10/7/2024), mengungkapkan bahwa figur atau sosok calon kepala daerah yang disenangi masyarakat menjadi faktor utama dalam menentukan pilihan pemilih.
"Faktor sosok/figur dari calon kepala daerah yang disenangi masyarakat menempatkan posisi pertama di urutan pertama dari berbagai temuan survei perilaku pemilih di Indonesia," ujarnya.
BACA JUGA:PSM Makassar Rekrut Lima Pemain Asing Baru
BACA JUGA:Memiliki Semua Atribut Menjadi Pemain Tim Samba
Contoh calon-calon kepala daerah yang kuat secara elektoral meliputi bakal calon wali kota Palembang, Ratu Dewa; bakal calon bupati Musi Banyuasin, H Apriyadi Mahmud; bakal calon bupati OKU, Teddy Meilwansyah; bakal calon bupati Banyuasin, Askolani; bakal calon bupati Ogan Ilir, Panca Wijaya Akbar; bakal calon walikota Pagaralam, Alpian Maskoni; dan bakal calon gubernur Sumsel, H Herman Deru.
Nama-nama ini menempati posisi teratas dalam berbagai survei kredibel.
Survei menunjukkan bahwa mayoritas pemilih menjatuhkan pilihan mereka berdasarkan figur atau sosok calon yang dianggap kuat di masyarakat.
Alasan-alasan utama pemilih meliputi perhatian pada rakyat, kewibawaan, aksesibilitas, bukti nyata kinerja, dan perhatian yang konsisten pada kesejahteraan rakyat.
BACA JUGA:Pj Bupati Diganjar Penghargaan CNN Award 2024
BACA JUGA:99,8% Masyarakat Pagaralam Sudah Tercoklit
Angka lebih dari 70 persen pemilih memilih dengan alasan-alasan tersebut.
Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Publik Independen menyebutkan bahwa banyak kader atau ketua partai politik yang memiliki elektabilitas rendah meskipun partai politik mereka besar dan mendapat dukungan di legislatif.
"Ini menjadi salah satu bukti bahwa dukungan partai politik terhadap calon tidak berbanding lurus dengan elektabilitas calon yang didukungnya," terangnya.