29 Siswa Mundur dari Sekolah Rakyat, Dinsos DIY Tekankan Kesepakatan Anak-Orangtua Sejak Awal

29 Siswa Mundur dari Sekolah Rakyat, Dinsos DIY Tekankan Kesepakatan Anak-Orangtua Sejak Awal-ist/net-
Rel, Bacakotan.co – Sebanyak 29 siswa mengundurkan diri dari dua Sekolah Rakyat (SR) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sejak awal Juli 2025.
Merespons hal itu, Dinas Sosial DIY menekankan pentingnya adanya kesepakatan dan kesiapan mental antara anak dan orangtua sebelum memutuskan untuk masuk ke sekolah berbasis asrama seperti Sekolah Rakyat.
Kepala Dinas Sosial DIY, Endang Patmintarsih, menyampaikan bahwa sistem boarding school membutuhkan komitmen bersama dari keluarga dan peserta didik. Ketidaksiapan salah satu pihak dapat menimbulkan masalah serius di kemudian hari.
“Semangat orang tua harus sejalan dengan semangat anak. Kalau orang tua berkenan tapi anak tidak siap, atau sebaliknya, ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan dalam proses belajar di asrama,” ujar Endang, Senin (14/7/2025).
Ia menjelaskan bahwa dari total 29 siswa yang mundur, sebanyak 26 siswa mengundurkan diri pada tahap awal, disusul 3 siswa tambahan beberapa hari kemudian. Semua berasal dari dua Sekolah Rakyat, yakni SR Menengah 20 di Purwomartani, Sleman dan SR Menengah 19 di Sonosewu, Bantul.
BACA JUGA:Beras Gratis Bakal Diserahkan ke 35.380 KK di Muba
BACA JUGA:Pemkab Muba Luncurkan Aplikasi SKM Terpadu
Menurut Endang, alasan pengunduran diri mayoritas berkisar pada kesulitan beradaptasi dengan lingkungan baru. Sebagian siswa merasa belum siap meninggalkan sekolah umum, lingkungan pertemanan lama, serta kebiasaan di rumah.
“Anak-anak banyak yang mengeluh tidak bisa bermain dengan teman lama atau takut kehilangan kebebasan. Ini wajar, karena mereka masuk ke sistem asrama yang jauh berbeda dari sekolah reguler,” jelasnya.
Endang juga mengakui bahwa proses adaptasi di Sekolah Rakyat memang menantang. Siswa harus hidup dalam lingkungan baru, bersama teman-teman baru, dengan pengawasan yang lebih ketat dan program pendidikan yang berbeda.
Namun demikian, Dinsos DIY menegaskan bahwa meski ada siswa yang mundur, dua Sekolah Rakyat tersebut telah terisi penuh masing-masing sebanyak 75 siswa.
Proses pembelajaran tetap berjalan normal, dan pihak sekolah bersama pemerintah telah menyiapkan program edukasi dan pendampingan psikososial agar siswa lebih siap menjalani pendidikan di lingkungan asrama.
Endang berharap masyarakat dapat lebih memahami tujuan pendirian Sekolah Rakyat, yakni memberikan akses pendidikan berkualitas dan berkarakter bagi anak-anak yang membutuhkan, terutama dari kalangan marginal.