Sumsel Siaga Puncak Kemarau Agustus

RAPAT: Sekda Sumsel, Edward Chandra, saat mengikuti Rapat Monitoring situasi terkini penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Command Center BNPB, Senin (28/7/2025). Foto: Ist/Kominfo Sumsel--

REL, Palembang – Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), Edward Chandra, aktif mengikuti Rapat Monitoring situasi terkini penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Command Center BNPB, Senin (28/7/2025). Pertemuan yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Republik Indonesia ini membahas kesiapan berbagai daerah menghadapi puncak musim kemarau.

Rapat tersebut dihadiri perwakilan berbagai instansi terkait, seperti Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Kehutanan, BMKG, TNI, POLRI, serta delegasi dari delapan provinsi rawan karhutla, termasuk Sumatera Selatan. Kepala BNPB RI dan Menteri Kehutanan RI menyampaikan bahwa potensi puncak kemarau di wilayah Sumatera Barat, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan diperkirakan terjadi pada awal Agustus 2025. Oleh karena itu, mereka mendesak partisipasi aktif pemerintah daerah dalam upaya pencegahan dan penanggulangan karhutla.

Sekda Sumsel, Edward Chandra, melaporkan bahwa Provinsi Sumatera Selatan telah menetapkan status siaga kabut asap sejak 17 Juni 2025 hingga 30 November 2025. Status ini Pemprov berlakukan karena sembilan dari 17 kabupaten/kota di Sumsel telah memberlakukan status siaga akibat meluasnya titik kebakaran.

BACA JUGA:Bupati Joncik Muhammad Raih Penghargaan Menkumham, Begini Ceritanya

Sebagai salah satu langkah penanganan, pada 29 Juli 2025, Pemprov Sumsel akan menggelar Apel Karhutla yang dilanjutkan dengan Rapat Koordinasi di Griya Agung Palembang. Kegiatan penting ini akan menghadirkan Menteri Lingkungan Hidup RI dan Kepala BNPB RI. "Kami berharap Bapak Menteri dan Kepala BNPB dapat memberikan arahan langsung terkait penanganan kebakaran hutan dan lahan di Sumsel," ujar Sekda Edward Chandra.

Terkait data hotspot, sejak Januari 2025 tercatat sebanyak 2.868 titik panas, dengan jumlah terbanyak terjadi pada bulan Juli, yaitu 1.342 hotspot dan 103 kejadian kebakaran. Namun, berkat curah hujan yang turun baru-baru ini, jumlah hotspot berhasil berkurang menjadi 21 titik dari sebelumnya 101 hotspot.

Edward Chandra juga menyampaikan terima kasih atas dukungan BNPB RI yang telah membantu Provinsi Sumsel dengan penyediaan peralatan waterbombing serta pelaksanaan operasi modifikasi cuaca selama bulan Juni-Juli 2025. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan