Ahok Ungkap Perbedaan Drastis Sikap Jokowi vs Megawati di Pilkada DKI 2017, Antara Realita dan Prinsip!
REL, BACAKORAN.CO - Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok kembali membuat pernyataan mengejutkan soal perjalanan politiknya, terutama saat menghadapi Pilkada DKI Jakarta 2017.
Dalam podcast "Ahok Akhirnya Berbicara" yang diunggah Malaka Project, Ahok mengungkap perbedaan sikap antara Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri terkait pencalonannya di Pilkada tersebut.
Pilkada DKI 2017 menjadi titik krusial bagi Ahok. Pada saat itu, ia terlibat dalam kasus penistaan agama yang mengguncang perjalanannya sebagai calon gubernur.
Ahok mengaku saat itu tidak lagi maju melalui jalur independen dan belum bergabung dengan PDI Perjuangan. Kondisi ini membuatnya merasa yakin akan kekalahannya.
"Waktu saya maju ke (Pilkada DKI) Jakarta itu, terus ada kasus (penistaan agama), saya pasti kalah nih," ungkap Ahok, mengingat masa sulit tersebut.
Menurut Ahok, Presiden Joko Widodo kala itu bahkan memintanya mundur dari pertarungan politik. “Pak Jokowi minta saya mundur. Beliau bilang, 'Lu pasti kalah',” kata Ahok menirukan ucapan Jokowi.
BACA JUGA:Kimmich Akui Bayern Muenchen Pantas Kalah 1-4 dari Barcelona di Liga Champions
BACA JUGA:Pempek Cek IDA26: Mitra Setia Bank BRI Selama 10 Tahun dalam Pemberdayaan UMKM
Namun, di sisi lain, Megawati Soekarnoputri mengambil langkah berbeda. Ahok bercerita bahwa Megawati dengan tegas memintanya untuk tetap maju. “Ibu Mega bilang enggak boleh mundur. Ini bagian dari mengedukasi rakyat. Bukan soal kalah atau menang," kenang Ahok, menceritakan betapa bijaknya Megawati dalam melihat situasi ini.
Megawati memandang kejadian yang dialami Ahok sebagai bagian dari proses pembelajaran politik bagi rakyat Indonesia.
Menurut Megawati, perjuangan politik yang ia dan keluarganya alami lebih berat, sehingga ia merasa Ahok tidak boleh menyerah. "Beliau bilang, ‘Bapak saya juga lebih susah memperjuangkan ini semua, harus masuk penjara’. Sebagai seorang ibu, dia bilang inilah bagian dari mengedukasi rakyat," jelas Ahok.
Perbedaan sikap antara Jokowi dan Megawati ini membuat Ahok melihat kedua pemimpin tersebut dalam perspektif yang berbeda.
Jokowi, menurutnya, lebih pragmatis dan realistis dalam melihat peluang di Pilkada DKI, sementara Megawati menekankan pentingnya memberikan pendidikan politik bagi masyarakat, meski risiko kekalahan sangat besar.
Pernyataan ini tentu mengungkap sisi lain dari dinamika politik di balik layar Pilkada DKI 2017, terutama peran tokoh-tokoh besar seperti Jokowi dan Megawati.