Konsumsi Jelly untuk Diet, Apakah Efektif dan Sehat?

Ilustrasi---

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah mengonsumsi gelatin, pasien obesitas di dalam penelitian tersebut memiliki konsentrasi hormon ghrelin (pemicu rasa lapar) yang lebih rendah. 

Selain itu, terjadi peningkatan kadar hormon glucagon-like peptide-1 (GLP-1), yakni hormon yang menyebabkan berkurangnya nafsu makan. Dengan begitu, Anda dapat merasa kenyang lebih lama. 

Penelitian lain dalam jurnal Clinical Nutrition juga menyebutkan bahwa gelatin termasuk jenis protein yang dapat memicu rasa kenyang lebih baik dibandingkan jenis protein lainnya. 

Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa kelompok orang yang mengonsumsi makanan dengan kandungan gelatin merasa kenyang lebih lama dan makan lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang mengonsumsi protein kasein, soy, atau whey. 

BACA JUGA:Pj Bupati Himbau Patuhi Etika dan Kearifan Lokal

BACA JUGA:Maling Kambing Nyaris Tewas Diamuk Massa

Kekurangan jelly untuk diet

Berikut ini beberapa kekurangan diet dengan jelly yang perlu Anda pertimbangkan. 

1. Mengandung pemanis buatan

Meskipun saat ini tersedia produk agar-agar tanpa gula, makanan ini umumnya masih memiliki kandungan pemanis buatan seperti aspartam dan sukralosa. 

Jika dikonsumsi secara berlebihan, pemanis ini juga dapat berdampak buruk. Studi dalam British Journal of Nutrition mengungkapkan bahwa konsumsi aspartam dapat meningkatkan berat badan dan massa lemak. 

2. Menggunakan pewarna buatan

Sebagian besar jelly untuk diet mengandung pewarna makanan buatan. Ada beberapa efek pewarna buatan yang bisa memberikan efek samping, contohnya, allura red atau Red 40 yang mengandung benzidin.

Studi dalam jurnal Frontiers in Microbiology menyebutkan bahwa konsumsi terlalu banyak makanan yang mengandung Red 40 dapat menyebabkan mual, alergi, intoleransi makanan, asma, kerusakan otak, hingga penyakit jantung. 

3. Dapat berisiko alergi

Tag
Share