Jelly merupakan makanan bertekstur kenyal yang umumnya rendah kalori dan bebas lemak, sehingga sering dijadikan makanan untuk diet. Salah satu produk jelly yang sering digunakan dalam diet adalah Jell-O. Produk jelly asal Amerika ini terbuat dari gelatin, mengandung protein dan kalsium. Ketahui efek mengonsumsi jelly untuk menurunkan berat badan pada ulasan berikut ini.
Apakah jelly bagus untuk diet?
Mengonsumsi jelly bagus untuk diet karena jelly rendah kalori dan bebas lemak, sehingga cocok bagi Anda yang sedang menjalani program diet defisit kalori.
Anda bisa mengonsumsi jelly sebagai camilan ketika diet. Produk agar-agar seperti Jell-O bisa memberikan rasa kenyang untuk mengganjal perut, sehingga mencegah makan berlebihan atau ngemil makanan tinggi kalori.
Agar-agar juga bisa memberikan tambahan asupan gizi saat diet. Satu cup (125 gram) Jell-O tanpa gula mengandung sekitar 48 kkal, 2 gram protein, 10 gram karbohidrat, dan 7,2 miligram kalsium.
BACA JUGA:Belum Ada Lonjakan Kendaraan
BACA JUGA:11 Orang Dinyatakan Batal Lulus PPPK
Namun, perlu Anda ketahui bahwa produk jelly tanpa gula masih mengandung pemanis buatan seperti aspartam yang dapat menyebabkan kenaikan berat badan.
Namun, jika dikonsumsi dalam batas yang wajar, Jell-O umumnya tidak akan mengganggu program diet Anda. Oleh sebab itu, pastikan untuk mengonsumsi agar-agar sewajarnya saat diet, paling tidak satu atau dua cup sehari.
Manfaat jelly untuk diet
Karena jelly yang rendah kalori dan bebas lemak, makanan ini dapat menjadi pilihan camilan yang tepat untuk menurunkan berat badan. Kandungan gelatin pada jelly bisa membantu Anda mengontrol nafsu makan ketika diet.
Sebuah studi dalam jurnal Eat Weight Disorder melakukan penelitian pada 12 orang pasien obesitas dan 10 orang pasien dengan berat badan normal guna mengetahui efektivitas konsumsi gelatin terhadap kontrol nafsu makan seseorang.
BACA JUGA:Perbandingan Kopi Panas dan Dingin, Mana yang Lebih Sehat?
BACA JUGA:Pembangunan Pagar dan Lapangan Sekolah Tuntas Dilakukan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah mengonsumsi gelatin, pasien obesitas di dalam penelitian tersebut memiliki konsentrasi hormon ghrelin (pemicu rasa lapar) yang lebih rendah.