RAKYATEMPATLAWANG - Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, berhasil menerapkan program kawasan pertanian sehat yang berpotensi menghemat biaya produksi jangka panjang.
Inisiatif ini mengurangi ketergantungan pada bahan kimia dan berfokus pada praktik pertanian berkelanjutan.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Sleman, Suparmono, mengungkapkan bahwa hasil analisis dari Tim Bulaksumur Consulting menunjukkan tingkat adopsi petani terhadap praktik budidaya tanaman sehat mencapai 71,33 persen.
Program ini tidak hanya meningkatkan pengetahuan petani, tetapi juga merubah perilaku mereka secara signifikan.
BACA JUGA:16 Tahun Kompasiana: Dampak Berbagi Kisah Mengelola Lahan Pertanian
BACA JUGA:Topgolf Jakarta Resmi Hadir: Destinasi Hiburan Golf Terbaru di Ibu Kota
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut antara lain adanya peluang pasar, peran penyuluh pertanian, dan usia petani.
Program ini juga berdampak positif pada lingkungan, dengan terlihatnya peningkatan kesehatan tanah dan keseimbangan ekosistem.
Sebagai bagian dari upaya ini, Sleman berkomitmen untuk mengembangkan sistem budi daya tanaman sehat (BTS), yang menggantikan pupuk dan pestisida kimia dengan pupuk organik dan agensia hayati.
Pemerintah setempat menyediakan pelatihan, bantuan alat pertanian, dan pengembangan komoditas strategis seperti padi, cabai, dan telur.
BACA JUGA:Melihat Penemuan Arca Raksasa di Wonosobo, Menguak Sejarah Jawa yang Terpendam
BACA JUGA:Awas, Penipuan Properti Makin Canggih Berkat Teknologi AI
Di tahun 2023, Pemda Sleman mengalokasikan anggaran sebesar Rp16 miliar untuk mendukung produksi padi, dengan total luas panen mencapai 41.983 hektare.
Program ini tidak hanya bertujuan menyejahterakan petani tetapi juga melindungi konsumen dan menjaga kelestarian lingkungan.
Para petani seperti Sriyono, anggota Gabungan Kelompok Tani Ngudi Waluyo, melaporkan pengalaman positif dengan metode BTS yang mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia.