Pasar Cinde Palembang: Jejak Sejarah Kesultanan, Keindahan Arsitektur, dan Proyek Revitalisasi yang Gagal

Doc Pasar Cinde Palembang -Net/Foto/Ist.-

Rel, Palembang - Pasar Cinde di Palembang bukan sekadar pusat jual beli. Di balik hiruk pikuk aktivitas perdagangan, tersimpan kisah panjang tentang sejarah, budaya, arsitektur, hingga kontroversi proyek pembangunan yang hingga kini mangkrak dan menyisakan tanda tanya besar.

Asal Usul Nama dan Jejak Kesultanan Nama "Cinde" diyakini berasal dari petilasan Kimas Hindi, nama muda dari Pangeran Ario Kesumo Abdulrohim.

Menurut sejarawan Rd Muhammad Ikhsan, pelafalan "Hindi" berubah menjadi "Cinde" karena pengaruh penulisan aksara Arab Melayu. Petilasan tersebut kemudian menjadi makam tokoh Sultan Susuhunan Abdurrahman Candi Walang.

BACA JUGA:Pantai Tanjung Lesung Bangkit Menjadi Destinasi Wisata Unggulan Bertaraf Internasional

Dahulu, kawasan ini merupakan area pemakaman bangsawan Palembang, membentang dari Pasar Cinde hingga Jalan Angsoko.

Ungkonan makam masih dapat ditemui berdampingan dengan toko-toko, menjadi saksi bisu sejarah yang masih hidup.

Dari Pemakaman ke Pusat Niaga Pada tahun 1916, Gementee Palembang menutup pemakaman ini dan membuka area perdagangan baru.

Sebelum dibangun permanen pada 1958, kawasan ini dikenal sebagai Pasar Lingkis—merujuk pada banyaknya pedagang asal Lingkis (OKI) dan Pemulutan yang berjualan di sana.

BACA JUGA:Gotong Royong Perbaiki Jalan Propinsi Lintas Sekayu–PALI

Pembangunan dan Arsitektur Unik Gagasan pembangunan Pasar Cinde muncul di masa Wali Kota H.M. Ali Amin. Menghadapi lahan sengketa milik keluarga Lim, Ali Amin menggunakan jalur onteigening untuk pembangunan pasar demi kepentingan umum.

Proyek ini kemudian menjadi bagian dari revitalisasi pasar-pasar besar di Palembang.

Pasar Cinde mengadopsi arsitektur Pasar Johar Semarang, dengan ciri khas tiang cendawan dan ruang terbuka di lantai dua.

Ahmad Ardani dari Ikatan Arsitek Indonesia Sumsel menegaskan bahwa arsitek Pasar Cinde adalah Abikoesno Tjokrosoejoso, bukan Thomas Karsten seperti yang banyak disalahpahami.

BACA JUGA:Setelah 25 Tahun Jadi Honorer, Aladi Pristiono Akhirnya Diangkat PPPK Meski Hanya Setahun Jelang Pensiun

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan