Apakah ayah Jennifer masih sering ke Jakarta?
BACA JUGA:Bangkit dari Keterpurukan
BACA JUGA:Paksa Chelsea Ubah Strategi Transfer
"Ayah saya kini menetap di Congo. Urus kebun kopi," katanyi. Itu karena kakeknyi sudah tua. Umurnya sudah 96 tahun. Masih sehat. Hanya saja harus ada penerus yang urus kebun kopinya.
Ayah Jennifer-lah yang meneruskan jaga kebun kopi. "Luas sekali," katanyi. "Kopinya jenis Arabika," tambahnyi.
Sebenarnya saya tidak ikut mengantarkan Ndet ke Yale. Kebetulan saja saya lagi di New York. Akan ada acara di Hartford, kota terbesar di Connecticut.
Jarak New York ke New Haven hanya dua jam. Dari New Haven ke Hartford satu jam.
Apa salahnya mampir ke Yale University. Sekalian melihat kampus yang begitu terkenal dan begitu indah. Menlu Indonesia tahun 1974, Prof Dr Mochtar Kusumaatmaja, lulus S-2 (hukum) di situ.
Total mahasiswa Yale "hanya" 12.000 orang. Jumlah mahasiswa S-1-nya sama banyak dengan mahasiswa S-2/S-3.
Berapa rasio doktor dan mahasiswanya?
Kalau Anda tebak 1:2 itulah tebaan yang hampir tepat. Yale memang khas universitas riset. Satu doktor membimbing dua mahasiswa.
Kalau si Ndet (Andretti) bisa dapat medali emas lagi tahun ini ada harapan bisa dapat masuk ke Yale.
New Haven termasuk kota tua di Amerika. Ke kota inilah imigran angkatan awal dari Inggris tiba. Kota ini di pinggir pantai. Juga kota industri berat di masa silam.
Industri itu pelan-pelan pindah ke Pennsylvania. New Haven kian kehilangan penduduk. Kini kota New Haven menjadi seperti kota Yale University.
Tiba-tiba ada 1.600 orang datang ke sini. Angka itu bisa naik tiga kali lipat. Mereka diantar ayah-ibunya. Apalagi juga kakek-neneknya.
Sungguh tajam ide penggagas kejuaraan ini. Ekonomi dapat. Bisnis dapat. Intelektualitas dapat.